Jumat, 18 Oktober 2013

GLOBALISASI dan KEMISKINAN

PENDAHULUAN

Dewasa kini kita mengalami berbagai perubahan. Bukan hanya dalam negara namun juga internasional. Perubahan- perubahan itu terjadi bukan hanya dalam satu bidang, tetapi juga mencakup seluruh bidang seperti politik, ekonomi, pendidikan, sosio-budaya, dan teknologi. Perubahan-perubahan tersebut sering kita dengar dengan istilah globalisasi. Globalisasi yang mendunia tersebut sudah banyak membawa pengaruh baik positif maupun negatif terutama di negara kita ini. Hampir semua aspek kehidupan masyarakat dipengaruhi oleh kehadiran globalisasi yang beberapa menerimanya bahkan beberapa juga menolaknya. Namun masyarakat tidak dapat menolak pengaruh globalisasi itu karena globalisasi berjalan sesuai dengan pekembangan zaman.
Salah satu bidang yang sangat mempengaruhi bangsa kita tentunya di bidang ekonomi terutama berkaitan dengan kemiskinan.Era globalisasi yang penuh dengan berbagai tantangan perubahan dan berbagai hambatan tentu saja sangat mempengaruhi aspek ekonomi negara kita yang selama ini tidak jauh dari kemiskinan.

Latar Belakang
Globalisasi pada hakekatnya memberikan dampak yang baik dan buruk bagi suatu negara.Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan sehari-hari globalisasi tidak bisa terlepas dari berbagai aspek kehidupan yang ada dalam masyarakat.
Masalah globalisasi tampaknya telah menjadi bagian dari kehidupan kita.Kita tidak dapat melepaskan diri dari globalisasi.Ibaratnya, siap atau tidak siap,kita mesti akan  berhadapan dengan globalisasi.Namun demikian, arus globalisasi ternyata tidak selamanya berdampak positif.Ada pula dampak negatifnya.Oleh karena itu, kita harus mempunyai penyaring (filter) untuk menghadapinya agar kita tidak terlindas oleh jaman.Justru sebaliknya, kita harus tetap menjadi manusia yang berjiwa manusiawi.Salah satu dampak dari globalisasi yaitu adanya  kemiskinan dan  ketimpangan .Dimana kedua hal tersebut salingberkaitan.di bawah ini akan saya bahas  tentang Globalisasi dan Kemiskinan.

Rumusan Masalah

Bagaimana keterkaitan globalisasi dan  kemiskinan ?


Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana keterkaitan antara globalisasi dan kemiskinan yang terjadi.Globalisasi juga memiliki pengaruh dengan bidang ekonomi untuk lebih jelasnya berikut akan saya ulas tentang globalisasi dan kemiskinan.

Landasan Teori
Landasan ekonomi 
Globalisasi memiliki keterkaitan dengan kemiskinan.Salah satu faktor penyebab kemiskinan adalah adanya globalisasi yaitu di bidang ekonomi. Kemiskinan ini ditandai oleh sikap dan tingkah laku yang menerima keadaan yang seakan-akan tidak dapat diubah yang tercermin
di dalam lemahnya kemauan untuk maju, rendahnya kualitas sumber daya manusia, lemahnya nilai tukar hasil produksi, rendahnya produktivitas, terbatasnya modal yang dimiliki berpartisipasi dalam pembangunan.
Kemiskinan merupakan masalah kemanusiaan yang telah lama diperbincangkan karena berkaitan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan upaya penanganannya. Dalam Panduan Keluarga Sejahtera (1996: 10) kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan yang dimiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam Panduan IDT (1993: 26) bahwa kemiskinan adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin, melainkan karena tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya.






PEMBAHASAN

Globalisasi dan Kemiskinan
Di zaman sekarang ini globalisasi sudah tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat.Dengan adanya globalisasi semua unsur yang ada dalam masyarakat menjadi berubah baik dari tatanan,sikap, hingga budaya yang ada di lingkungan masyarakat juga ikut berubah seiring dengan perkembangan zaman.Segala aspek kehidupan sekarang tidak lepas dari pengaruh globalisasi yang dapat menimbulkan suatu masalah ekonomi yaitu kemiskinan.Kemiskinan di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor mulai dari angka pengangguran yang tinggi,rendahnya tingkat pendidikan,jumlah penduduk yang semakin banyak,keterbatasan sumber daya manusia, keterbatasan lapangan pekerjaan,serta faktor-faktor lain yang ada di lingkungan yang menyebabkan angka kemiskinan di Indonesia menjadi meningkat.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kemiskinan yang ada di Indonesia juga merupakan salah satu dampak dari globalisasi diberbagai bidang kehidupan terutamanya di bidang ekonomi.Globalisasi adalah penghasil kemiskinan, karena globalisasi adalah neo imperialisme yang dilaksanakan negara-negara kapitalis untuk menghisap dan mengeksploitasi dunia. Untuk itu, akan dijelaskan secara ringkas definisi globalisasi dan bukti globalisasi menjadi penghasil kemiskinan.
Globalisasi memang suatu realitas global yang yang rumit, kompleks, dan multi-dimensional. Karena itu, tidak mudah menemukan satu definisi tunggal yang dapat mencakup semua gejala dan fenomena globalisasi
 globalisasi tiada lain adalah neo imperialisme. Inilah definisi yang paling tepat dan pantas untuk globalisasi, tak lebih dan tak kurang. Dengan demikian, akan mudah dipahami bagaimana hubungan globalisasi dengan kemiskinan. Globalisasi sungguh adalah penghasil kemiskinan dunia.Memang globalisasi selalu digembar gemborkan oleh para aktornya sebagai sesuatu yang menguntungkan karena menghasilkan kemakmuran dunia. Kapitalisme sebagai ideologi dasar globalisasi diklaim oleh Robert Gilpin dan Jean Millis Gilpin sebagai,”pencipta kesejahteraan paling berhasil yang pernah dikenal dunia.” (Gilpin & Gilpn, 2002:xv). Namun persoalan sesungguhnya adalah distribusi dari kesejahteraan itu. Jadi yang harus dipersoalkan bukanlah apakah globalisasi menghasilkan kemakmuran atau tidak, melainkan apakah kemakmuran itu didistribusikan secara adil atau tidak.
Faktanya, globalisasi hanya menguntungkan negara-negara industri kaya. Sementara hanya sedikit negara berkembang (itu pun hanya segelintir penduduknya) yang mendapatkan manfaat globalisasi. Joseph Stiglitz, pemenang Nobel bidang ekonomi tahun 2001, dalam bukunya In the Shadow of Globalization dengan terus terang mengatakan pemenang globalisasi adalah negara-negara industri (lama dan baru), sementara sebagian besar negara berkembang menjadi pecundang. (Hadar, 2004:42). Banyak data menunjukkan fakta keras ini.
Laporan United Nations Human Development tahun 1999 menyebutkan, seperlima orang terkaya dari penduduk dunia mengkonsumsi 86 % semua barang dan jasa. Sedangkan seperlima yang termiskin hanya mendapatkan 1 % lebih sedikit. Seperlima yang terkaya juga menikmati 82 % perdagangan dan 68 % Investasi Asing Langsung (FDI=Foreign Direct Investment), sedang seperlima yang termiskin hanya mendapatkan 1 % lebih sedikit. (The International Forum on Globalization, 2004:31).
Data kesenjangan tahun 1999 ini tidak banyak berubah jika dibanding data tahun 1980 ketika globalisasi mulai beroperasi dengan neoliberalismenya, saat Margaret Thatcher dan kemudian Ronald Reagan menduduki kursi kekuasaan. (Wibowo & Wahono, 2003:20). Robert H. Strahm menggambarkan data tahun 1980 dengan berkata,”Kita hidup dalam sebuah dunia, di mana 26 % penduduknya (di negara-negara industri Blok Barat dan Blok Timur) menguasai lebih dari 78 % produksi, 81 % penggunaan energi, 70 % pupuk, dan 87 % persenjataan dunia. Sementara 74 % penduduk dunia di negara-negara berkembang (Afrika, Asia, dan Amerika Latin) hanya mendapat seperlima produksi dan kekayaan dunia.” (Strahm, 1999:3).
Walhasil, di satu sisi, globalisasi memang sangat menguntungkan negara-negara kapitalis, khususnya perusahaan-perusahaan multinasional (MNCs=multi national corporations). Menurut catatan Duncan McLaren dan Willmore (2003:3), pada tahun 2003 lima ratus perusahaan multinasional mengontrol hampir dua pertiga perdagangan dunia. Bahkan lima perusahaan multinasional terbesar dunia secara bersama-sama menghasilkan angka penjualan tahunan yang lebih besar dibanding pendapatan 46 negara termiskin di dunia. (Sejati & Martanto, 2006:72). Pada tahun 1999, hasil penjualan dari lima korporasi papan atas (General Motors, Wal-Mart, Exxon-Mobil, Ford Motor, dan Daimler-Chrysler) lebih besar dibanding GDP 182 negara. (The International Forum on Globalization, 2004:41).
Namun di sisi lain, globalisasi hanya menghasilkan kemiskinan untuk negara-negara berkembang. Pada pertengahan 1990-an, dengan standar kemiskinan ekstrim yakni konsumsi sebesar satu dolar AS per hari, kurang lebih 33 % penduduk negara-negara berkembang hidup dalam kemiskinan. Dari jumlah itu, 550 juta jiwa ada di Asia Selatan, 215 juta jiwa ada di Sub-Sahara Afrika, dan 150 juta jiwa di Amerika Latin. (Castel, 2000:243, dikutip oleh Sejati & Martanto, 2006:75).
Kesenjangan kaya miskin sebagai akibat globalisasi juga dapat dilihat dari data yang mengiris hati berikut. Untuk perbaikan pendidikan dasar di seluruh negara berkembang, dibutuhkan dana 6 miliar USD setahun. Jumlah ini lebih sedikit dibanding dana 8 miliar USD setahun untuk belanja komestik di AS saja. Untuk instalasi air dan sanitasi seluruh negara berkembang, diperlukan 9 miliar USD setahun, lebih kecil dari dana konsumsi es krim di Eropa yang besarnya 11 miliar USD setahun. Untuk pemeliharaan kesehatan dan nutrisi, seluruh negara berkembang perlu 13 miliar USD setahun, lebih kecil dibanding dana untuk pakan hewan piaraan (anjing dan kucing) di Eropa dan AS yang besarnya 17 miliar USD setahun. (Rais, 2008:22).
Itulah hakikat globalisasi yang jahat, yaitu neo imperialisme negara-negara kapitalis untuk menghisap dan mengeksploitasi negara-negara berkembang. Globalisasi adalah penghasil kemiskinan.

Kesimpulan
Globalisasi adalah suatu perubahan yang terjadi dalam segala aspek yang bersifat mendunia. Baik bagi bidang ekonomi, politik, dan sosio-budaya. Globalisasi ekonomi yang terjadi di dunia merupakan salah satu bentuk dari globalisasi yang membuka batas-batas terirorial suatu negara dengan negara lain di bidang ekonomi. Perubahan-perubahan yang terjadi di bidang perekonomian terjadi dalam segala aspek baik modal, barang dan jasa. Globalisasi ekonomi yang mendunia tersebut tentunya terjadi di seluruh negara salah satunya yaitu Indonesia.Globalisasi juga dapat memberikan dampak negatifnya yaitu diantaranya banyaknya perusahaan-perusahaan dalam negeri yang gulung tikar dan menurunnya konsumsi produk-produk dalam negeri.Hal inilah yang menjadikan globalisasi sebagai pembawa kemiskinan suatu bangsa.Kemiskinan yang saat ini melanda negara Indonesia adalah sebagai akibat dari dampak negatif yang ditimbulkan dari globalisasi selain dari beberapa faktor penyebab kemiskinan yang lain.
Saran
Globalisasi dan dampak-dampaknya tentu akan selalu hadir dalam era globalisasi bagi negara kita. Semua itu dapat kita cegah dan tanggulangi dengan baik secara bersama. Kita harus bersikap kritis dalam menerima berbagai pengaruh dari luar negeri di era globalisasi ini, dengan menyaring segala yang negatif dan menerima segala yang positif bagi perkembangan dan pembangunan negara Indonesia agar negara Indonesia tetap berkembang sesuai dengan perkembangan zaman namun tidak mengurangi nilai-nilai, karakter dan jati diri bangsa kita sendiri.Untuk dapat memperbaiki keadaan ekonomi di Indonesia kita harus bisa mengembangkan segala sesuatu yang berasal dari bangsa kita sendiri terutama di sektor industri.Kita harus bangga memakai produk dalam negeri agar produk-produk kita dapat memberikan hasil yang maksimal sehingga dapat memperbaiki keadaan ekonomi di Indonesia.



Daftar Pustaka
Sejati, Nanang Pamuji & Martanto, Ucu (Ed.), Kritik Globalisasi dan Neoliberalisme, Cetakan I, (Yogyakarta : Fisipol UGM), 2006
Strahm, Rudolf H., Kemiskinan Dunia Ketiga : Menelaah Kegagalan Pembangunan di Negeri Berkembang (Warum Sie So Arm Sind), Penerjemah Rudy Bagindo dkk, (Jakarta : PT Pustaka CIDESINDO), 1999
The International Forum on Globalization, Globalisasi Kemiskinan dan Ketimpangan (Does Globalization Help the Poor?), Penerjemah A. Widyamartaya & AB Widyanta, (Yogyakarta : Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas), 2004
Toha, Anis Malik, “Konsep World Theology dan Global Theology Eksposisi Doktrin Pluralisme Agama, Smith dan Hizk”, Jurnal Islamia, Tahun I No 4, Januari – Maret 2005, (Jakarta : Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS) dan Khairul Bayan), 2005, hal. 48-60.
Wibowo, I. & Wahono, Francis (Ed.), Neoliberalisme, (Yogyakarta : Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas), 2003
Winarno, Budi, Globalisasi Wujud Imperialisme Baru : Peran Negara dalam Pembangunan, Cetakan I, (Yogyakarta : Tajidu Press), 2004


1 komentar: