GLOBALISASI dan
KEMISKINAN
PENDAHULUAN
Dewasa
kini kita mengalami berbagai perubahan. Bukan hanya dalam negara namun juga
internasional. Perubahan- perubahan itu terjadi bukan hanya dalam satu bidang,
tetapi juga mencakup seluruh bidang seperti politik, ekonomi, pendidikan,
sosio-budaya, dan teknologi. Perubahan-perubahan tersebut sering kita dengar
dengan istilah globalisasi. Globalisasi yang mendunia tersebut sudah banyak
membawa pengaruh baik positif maupun negatif terutama di negara kita ini.
Hampir semua aspek kehidupan masyarakat dipengaruhi oleh kehadiran globalisasi
yang beberapa menerimanya bahkan beberapa juga menolaknya. Namun masyarakat
tidak dapat menolak pengaruh globalisasi itu karena globalisasi berjalan sesuai
dengan pekembangan zaman.
Salah
satu bidang yang sangat mempengaruhi bangsa kita tentunya di bidang ekonomi
terutama berkaitan dengan kemiskinan.Era globalisasi yang penuh dengan berbagai
tantangan perubahan dan berbagai hambatan tentu saja sangat mempengaruhi aspek
ekonomi negara kita yang selama ini tidak jauh dari kemiskinan.
Latar Belakang
Globalisasi pada hakekatnya memberikan dampak yang baik dan
buruk bagi suatu negara.Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan
sehari-hari globalisasi tidak bisa terlepas dari berbagai aspek kehidupan yang
ada dalam masyarakat.
Masalah globalisasi tampaknya telah menjadi bagian dari
kehidupan kita.Kita tidak dapat melepaskan diri dari globalisasi.Ibaratnya,
siap atau tidak siap,kita mesti akan berhadapan dengan globalisasi.Namun demikian,
arus globalisasi ternyata tidak selamanya berdampak positif.Ada pula dampak
negatifnya.Oleh karena itu, kita harus mempunyai penyaring (filter) untuk
menghadapinya agar kita tidak terlindas oleh jaman.Justru sebaliknya, kita
harus tetap menjadi manusia yang berjiwa manusiawi.Salah satu dampak dari
globalisasi yaitu adanya kemiskinan dan ketimpangan .Dimana kedua hal tersebut
salingberkaitan.di bawah ini akan saya bahas tentang Globalisasi dan Kemiskinan.
Rumusan Masalah
Bagaimana keterkaitan globalisasi dan kemiskinan ?
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk
mengetahui bagaimana keterkaitan antara globalisasi dan kemiskinan yang
terjadi.Globalisasi juga memiliki pengaruh dengan bidang ekonomi untuk lebih jelasnya
berikut akan saya ulas tentang globalisasi dan kemiskinan.
Landasan Teori
Landasan ekonomi
Globalisasi memiliki keterkaitan dengan
kemiskinan.Salah satu faktor penyebab kemiskinan adalah adanya globalisasi
yaitu di bidang ekonomi. Kemiskinan ini ditandai oleh sikap dan tingkah laku yang menerima
keadaan yang seakan-akan tidak dapat diubah yang tercermin
di dalam lemahnya kemauan untuk maju, rendahnya
kualitas sumber daya manusia, lemahnya nilai tukar hasil produksi, rendahnya
produktivitas, terbatasnya modal yang dimiliki berpartisipasi dalam
pembangunan.
Kemiskinan merupakan masalah kemanusiaan yang
telah lama diperbincangkan karena berkaitan dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat dan upaya penanganannya. Dalam Panduan Keluarga Sejahtera (1996: 10) kemiskinan adalah suatu
keadaan dimana seorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf
kehidupan yang dimiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun
fisiknya dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam Panduan IDT (1993: 26) bahwa
kemiskinan adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin, melainkan
karena tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya.
PEMBAHASAN
Globalisasi dan Kemiskinan
Di zaman sekarang ini globalisasi sudah tidak
asing lagi dalam kehidupan masyarakat.Dengan adanya globalisasi semua unsur
yang ada dalam masyarakat menjadi berubah baik dari tatanan,sikap, hingga
budaya yang ada di lingkungan masyarakat juga ikut berubah seiring dengan
perkembangan zaman.Segala aspek kehidupan sekarang tidak lepas dari pengaruh
globalisasi yang dapat menimbulkan suatu masalah ekonomi yaitu
kemiskinan.Kemiskinan di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor mulai dari
angka pengangguran yang tinggi,rendahnya tingkat pendidikan,jumlah penduduk
yang semakin banyak,keterbatasan sumber daya manusia, keterbatasan lapangan
pekerjaan,serta faktor-faktor lain yang ada di lingkungan yang menyebabkan
angka kemiskinan di Indonesia menjadi meningkat.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kemiskinan
yang ada di Indonesia juga merupakan salah satu dampak dari globalisasi
diberbagai bidang kehidupan terutamanya di bidang ekonomi.Globalisasi adalah
penghasil kemiskinan, karena globalisasi adalah neo imperialisme yang
dilaksanakan negara-negara kapitalis untuk menghisap dan mengeksploitasi dunia.
Untuk itu, akan dijelaskan secara ringkas definisi globalisasi dan bukti
globalisasi menjadi penghasil kemiskinan.
Globalisasi memang suatu realitas global yang
yang rumit, kompleks, dan multi-dimensional. Karena itu, tidak mudah menemukan
satu definisi tunggal yang dapat mencakup semua gejala dan fenomena globalisasi
globalisasi tiada lain adalah neo
imperialisme. Inilah definisi yang paling tepat dan pantas untuk globalisasi,
tak lebih dan tak kurang. Dengan demikian, akan mudah dipahami bagaimana
hubungan globalisasi dengan kemiskinan. Globalisasi sungguh adalah penghasil
kemiskinan dunia.Memang globalisasi selalu digembar gemborkan oleh para
aktornya sebagai sesuatu yang menguntungkan karena menghasilkan kemakmuran
dunia. Kapitalisme sebagai ideologi dasar globalisasi diklaim oleh Robert
Gilpin dan Jean Millis Gilpin sebagai,”pencipta kesejahteraan paling berhasil
yang pernah dikenal dunia.” (Gilpin & Gilpn, 2002:xv). Namun persoalan
sesungguhnya adalah distribusi dari kesejahteraan itu. Jadi yang harus dipersoalkan
bukanlah apakah globalisasi menghasilkan kemakmuran atau tidak, melainkan
apakah kemakmuran itu didistribusikan secara adil atau tidak.
Faktanya, globalisasi hanya menguntungkan
negara-negara industri kaya. Sementara hanya sedikit negara berkembang (itu pun
hanya segelintir penduduknya) yang mendapatkan manfaat globalisasi. Joseph
Stiglitz, pemenang Nobel bidang ekonomi tahun 2001, dalam bukunya In the Shadow
of Globalization dengan terus terang mengatakan pemenang
globalisasi adalah negara-negara industri (lama dan baru), sementara sebagian
besar negara berkembang menjadi pecundang. (Hadar, 2004:42). Banyak data
menunjukkan fakta keras ini.
Laporan United Nations Human
Development tahun 1999 menyebutkan, seperlima orang
terkaya dari penduduk dunia mengkonsumsi 86 % semua barang dan jasa. Sedangkan
seperlima yang termiskin hanya mendapatkan 1 % lebih sedikit. Seperlima yang
terkaya juga menikmati 82 % perdagangan dan 68 % Investasi Asing Langsung (FDI=Foreign
Direct Investment), sedang seperlima yang termiskin hanya
mendapatkan 1 % lebih sedikit. (The International Forum on
Globalization, 2004:31).
Data kesenjangan tahun 1999 ini tidak banyak
berubah jika dibanding data tahun 1980 ketika globalisasi mulai beroperasi
dengan neoliberalismenya, saat Margaret Thatcher dan kemudian Ronald Reagan
menduduki kursi kekuasaan. (Wibowo & Wahono, 2003:20). Robert H. Strahm
menggambarkan data tahun 1980 dengan berkata,”Kita hidup dalam sebuah dunia,
di mana 26 % penduduknya (di negara-negara industri Blok Barat dan Blok Timur)
menguasai lebih dari 78 % produksi, 81 % penggunaan energi, 70 % pupuk, dan 87
% persenjataan dunia. Sementara 74 % penduduk dunia di negara-negara berkembang
(Afrika, Asia, dan Amerika Latin) hanya mendapat seperlima produksi dan
kekayaan dunia.” (Strahm, 1999:3).
Walhasil, di satu sisi, globalisasi memang
sangat menguntungkan negara-negara kapitalis, khususnya perusahaan-perusahaan
multinasional (MNCs=multi national corporations). Menurut catatan Duncan
McLaren dan Willmore (2003:3), pada tahun 2003 lima ratus perusahaan
multinasional mengontrol hampir dua pertiga perdagangan dunia. Bahkan lima
perusahaan multinasional terbesar dunia secara bersama-sama menghasilkan angka
penjualan tahunan yang lebih besar dibanding pendapatan 46 negara termiskin di
dunia. (Sejati & Martanto, 2006:72). Pada tahun 1999, hasil penjualan dari
lima korporasi papan atas (General Motors, Wal-Mart, Exxon-Mobil, Ford Motor,
dan Daimler-Chrysler) lebih besar dibanding GDP 182 negara. (The International
Forum on Globalization, 2004:41).
Namun di sisi lain, globalisasi hanya
menghasilkan kemiskinan untuk negara-negara berkembang. Pada pertengahan
1990-an, dengan standar kemiskinan ekstrim yakni konsumsi sebesar satu dolar AS
per hari, kurang lebih 33 % penduduk negara-negara berkembang hidup dalam
kemiskinan. Dari jumlah itu, 550 juta jiwa ada di Asia Selatan, 215 juta jiwa
ada di Sub-Sahara Afrika, dan 150 juta jiwa di Amerika Latin. (Castel,
2000:243, dikutip oleh Sejati & Martanto, 2006:75).
Kesenjangan kaya miskin sebagai akibat
globalisasi juga dapat dilihat dari data yang mengiris hati berikut. Untuk
perbaikan pendidikan dasar di seluruh negara berkembang, dibutuhkan dana 6
miliar USD setahun. Jumlah ini lebih sedikit dibanding dana 8 miliar USD
setahun untuk belanja komestik di AS saja. Untuk instalasi air dan sanitasi
seluruh negara berkembang, diperlukan 9 miliar USD setahun, lebih kecil dari
dana konsumsi es krim di Eropa yang besarnya 11 miliar USD setahun. Untuk
pemeliharaan kesehatan dan nutrisi, seluruh negara berkembang perlu 13 miliar
USD setahun, lebih kecil dibanding dana untuk pakan hewan piaraan (anjing dan
kucing) di Eropa dan AS yang besarnya 17 miliar USD setahun. (Rais, 2008:22).
Itulah hakikat globalisasi yang jahat, yaitu
neo imperialisme negara-negara kapitalis untuk menghisap dan mengeksploitasi
negara-negara berkembang. Globalisasi adalah penghasil kemiskinan.
Kesimpulan
Globalisasi
adalah suatu perubahan yang terjadi dalam segala aspek yang bersifat mendunia.
Baik bagi bidang ekonomi, politik, dan sosio-budaya. Globalisasi ekonomi yang
terjadi di dunia merupakan salah satu bentuk dari globalisasi yang membuka
batas-batas terirorial suatu negara dengan negara lain di bidang ekonomi.
Perubahan-perubahan yang terjadi di bidang perekonomian terjadi dalam segala
aspek baik modal, barang dan jasa. Globalisasi ekonomi yang mendunia tersebut
tentunya terjadi di seluruh negara salah satunya yaitu Indonesia.Globalisasi
juga dapat memberikan dampak negatifnya yaitu diantaranya banyaknya
perusahaan-perusahaan dalam negeri yang gulung tikar dan menurunnya konsumsi
produk-produk dalam negeri.Hal inilah yang menjadikan globalisasi sebagai
pembawa kemiskinan suatu bangsa.Kemiskinan yang saat ini melanda negara
Indonesia adalah sebagai akibat dari dampak negatif yang ditimbulkan dari
globalisasi selain dari beberapa faktor penyebab kemiskinan yang lain.
Saran
Globalisasi
dan dampak-dampaknya tentu akan selalu hadir dalam era globalisasi bagi negara
kita. Semua itu dapat kita cegah dan tanggulangi dengan baik secara bersama. Kita harus bersikap kritis dalam menerima berbagai
pengaruh dari luar negeri di era globalisasi ini, dengan menyaring segala yang
negatif dan menerima segala yang positif bagi perkembangan dan pembangunan
negara Indonesia agar negara Indonesia tetap berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman namun tidak mengurangi nilai-nilai, karakter dan jati diri
bangsa kita sendiri.Untuk dapat memperbaiki keadaan ekonomi
di Indonesia kita harus bisa mengembangkan segala sesuatu yang berasal dari
bangsa kita sendiri terutama di sektor industri.Kita harus bangga memakai
produk dalam negeri agar produk-produk kita dapat memberikan hasil yang maksimal
sehingga dapat memperbaiki keadaan ekonomi di Indonesia.
Daftar Pustaka
Sejati, Nanang Pamuji & Martanto, Ucu (Ed.), Kritik
Globalisasi dan Neoliberalisme, Cetakan I, (Yogyakarta :
Fisipol UGM), 2006
Strahm, Rudolf H., Kemiskinan Dunia Ketiga : Menelaah Kegagalan
Pembangunan di Negeri Berkembang (Warum Sie So Arm Sind), Penerjemah Rudy Bagindo dkk, (Jakarta : PT Pustaka CIDESINDO),
1999
The International Forum on Globalization, Globalisasi
Kemiskinan dan Ketimpangan (Does Globalization Help the Poor?), Penerjemah A. Widyamartaya & AB Widyanta, (Yogyakarta :
Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas), 2004
Toha, Anis Malik, “Konsep World Theology dan Global Theology
Eksposisi Doktrin Pluralisme Agama, Smith dan Hizk”, Jurnal Islamia, Tahun I No 4, Januari – Maret 2005, (Jakarta : Institute for the
Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS) dan Khairul Bayan), 2005,
hal. 48-60.
Wibowo, I. & Wahono, Francis (Ed.), Neoliberalisme, (Yogyakarta : Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas), 2003
Winarno, Budi, Globalisasi Wujud Imperialisme Baru :
Peran Negara dalam Pembangunan, Cetakan I, (Yogyakarta :
Tajidu Press), 2004
Kak boleh Bertanya soal perusahaan multinasional kak?
BalasHapus