PERTUMBUHAN DAN
PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA DAPAT DIWUJUDKAN MELALUI PENINGKATAN INVESTASI
DAN PERLUASAN PASAR
Bab I
Pendahuluan
Dalam
pembangunan ekonomi Negara – Negara sedang berkembang termasuk Indonesia,
pengangguran semakin bertambah jumlahnya lapangan kerja semakin sempit SDM
tenaga kerja yang tidak memenuhi persyaratan untuk masuk dalam lapangan kerja.
Tinggakt pengangguran suatu Negara sangat berdampak pada pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Semakin tinggi tinggakat pengannguran maka
akan berdampak pada pendapatan perkapita.
Selain
pemerintah, swasta juga punya andil dalam pembangunan dan pertumbuhan
perekonomian suatu Negara terutapa peran swasta yaitu dengan investasi dan
membuka lapangan kerja. Anggaran pemerintah sangat berpengaruh pada kondisi
perekonomian. Anggaran pemerintah dapat berpengaruh pada tingkat output.
Pengaruhnya tergantung pada pengaruh anggaran terhadap sector swasta. Pengaruh
anggaran pemerintah terhadap sektor swasta dapat bersifat substitusi atau
komplemnenter. Anggaran pemerintah yang bersifat substitusi dengan swasta jika
in vestasi poemerintah bersaing dengan investasi swata. Anggaran pemerintah
dapat bersifat komplementer denagn
sektor swata apabila investasi pemerintah digunakan dalam pembangunan infrastruktur
fisik maupun nonfisik.Hal ini akan meninggkatkan Ekonomies Of Scale melaului
perluasan pasar yang selanj utnya akan meningkatkan keuntungan sektor swasta.
Investasi
pemerintah juga akan meningkatkan pendapatan secara langsung maupun tidak
langsung melalui multiplier effect, sehingga sektor swasta akan terdorong untuk
melakukan investasi karena keuntungan diperoleh akan meninggkat sejalan dengan
peningkatan pada pemerintah pada permintaan terhadap barang akhir.
Maka dengan
investasi dan perluasan pasar akan meningkatkan pembangunan dan pertumbuhan
perekonoian yang lebih baik.
Latar Belakang
Masalah
Dalam pembanguan
ekonomi Negara – Negara sedang berkembang, yang semakin bertambah jumlahnya
merupakan masalah yang lebih tumit dan lebih serius dari masalah perubahan
dalam distribusi pendapatn yang kurang menguntungkan penduduk yang
berpendapatan terendah.
Negara – Negara
sedang berkembang seperti Indonesia peranan pemerintah masih tergolong besar.
Anggaran pemerintah tergolong sangat mempengaruhi perekonomian. Anggaran
pemeritah dapat mempengaruhi tingakt output. Pengaruhnya tergantung terhadap
anggaran terhadap sektor swata. Pengaruh anggaran pemerintah terhadap sektor
swata yang bersifat substitusi. Anggaran pemerintah yang bersifat substitusi
dengan sector swata jika investasi pemerintah bersaing dengan sektor swasta.
Anggaran pemerintah dapat bersifat substitusi dengan sektor swasta apabila
investasi pemerintah digunakan dalam pembangunan infrastruktur fisik maupun non
fisik. Hal ini akan meningkatakan Economies Of Scale mulai dengan perluasan
pasar selanjutnya akan meningklatkan keuntungan swata.
Investasi
pemerintah juga dapan meningkatkan secara langsung maupun tidak langsung
melalui multiplier effect, hingga sektor swata akan terdorong untuk melakukan
investasi karena keuntungan yang diperoleh akan meingkat sejalan dengan
peningkatan pada permintaan terhadap barang akhir.
Investasi
merupakan suatu komponen yang penting dalam menetukan GNP. Investasi memiliki
peranan yang sangat penting dalam permintaan agregat. Biasanya perluasan
investasi memiliki sifat yang sangat tidak stabil sehingga sering mengalami
fluktuasi yang menyebabkan terjadinya resesi.Investasi dan perluasan pasar
sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan perbaikan dalam produktivitas
tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi sangat tergantung pada tenaga kerja dan
jumlah capital. Investasi akan menanbah jumlah (stock) dari capital. Tanpa
investasi maka tidak aka ada pabrik, masin – masin baru dan dengan demikian
tidak ada ekspansi.
Dalam kaitanya
dengan stabilisasi untuk mengatasi akibat buruk dari adanya fluktuasi investasi
maka rumusan masalah yang diambil adalah bagaimanakah pengaruh tingkat
investasi publik, suku bunga domestic rill, inflasi domestic, beban hutang luar
negeri dan produk domestic bruto terhadap tingkat investasi swasta di
investasi.
Tujuan
Penulisan
Tujuan
dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia melalui peningkatan investasi dan perluasan
pasar.
Tinjauan
Literatur
-
Hakikat
Pembangunan
Hakikat pembangunan adalah untuk mensejahterakan rakyat. Karena
konsep pembangunan mencakup berbagai bidang dalam kehidupan bermasyarakat yang multidimensional
dengan bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Membangun kesejahteraan
masyarakat bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidupnya,
dengan memahami bahwa pembangunan kesejahteraan harus menghasilkan kemajuan
(progress), berkonotasi dan memandang jauh ke depan. Konsepsi pembangunan
kesejahteraan perlu dipahami sebagai suatu proses yang melibatkan
perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, dan
kelembagaan nasional, seperti halnya percepatan pertumbuhan ekonomi,
pengurangan ketidakmerataan, dan pemberantasan kemiskinan absolut.
-
Arsyad, 1995
Pembangunan
daerah sebagai integral
dari pembangunan nasional merupakan
suatu
proses perubahan yang terencana dalam upaya mencapai sasaran dan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang didalamnya melibatkan seluruh kegiatan yang ada melalui dukungan
masyarakat di berbagai sektor.Pembangunan daerah harus sesuai dengan kondisi potensi serta aspirasi
masyarakat yang tumbuh dan
berkembang.
Apabila pelaksanaan prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh
masing-masing daerah, maka pemanfaatan sumber daya yang ada menjadi kurang optimal. Keadaan
tersebut dapat mengakibatkanlambatnya
proses pertumbuhan ekonomi daerah
yang
bersangkutan.Proses
lajunya pertumbuhan ekonomi suatu
daerah
ditunjukkan dengan menggunakan
tingkat pertambahan
PDRB (Produk Domestik Regional
Bruto),
sehingga tingkat perkembangan PDRB perkapita yang dicapai masyarakat seringkali
sebagai ukuran
kesuksessan suatu daerah dalam mencapai cita-cita untuk menciptakan pembangunan
ekonomi.
-
Sukirno, 1981.Secara
makro pertumbuhan dan peningkatan
PDRB dari tahun ke tahun merupakan
indikator
dari keberhasilan pembangunan daerah
yang
dapat dikategorikan dalam berbagai sektor ekonomi yaitu: Pertanian, Pertambangan
dan penggalian,Industri pengolahan, Listrik, gas dan air bersih,Bangunan,
Perdagangan, perhotelan dan restoran,Pengangkutan dan komunikasi, Keuangan,
persewaandan jasa perusahaan, Sektor jasa lainnya.
-
Sukirno 1994
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi
a.
Tanah dan kekayaan alam lain
Kekayaan
alam akan mempermudah usaha
untuk
membangun perekonomian suatu negara,terutama pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan
ekonomi.
b.
Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja
Penduduk
yang bertambah akan mendorong
maupun
menghambat pertumbuhan ekonomi.Akibat buruk dari pertambahan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi
dapat terjadi ketika jumlahpenduduk tidak sebanding dengan
faktor-faktorproduksi yang tersedia.
c.
Barang-barang modal dan tingkat teknologi
Barang-barang
modal penting artinya dalam
mempertinggi
efisiensi pertumbuhan ekonomi,barang-barang modal yang sangat bertambah jumlahnya dan teknologi
yang telah menjadi bertambah
modern memegang peranan yang
penting
dalam mewujudkan kemajuan ekonomi
yang
tinggi.
d.
Sistem sosial dan sikap masyarakat
Sikap
masyarakat akan menentukan sampai dimana pertumbuhan ekonomi dapat dicapai.
e.
Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan Adam Smith telah menunjukkan bahwa
spesialisasi dibatasi
oleh luasnya pasar, dan spesialisasi
yang
terbatas membatasi pertumbuhan
ekonomi.
Bab II
Pembahasan
A.Pengertian Pembangunan
Ekonomi
Pada umumnya
setiap orang tentu menginginkan keadaan yang lebih baik dari keadaannya
sekarang, untuk semua aspek kehidupannya. Meskipun demikian pengertian
kehidupan yang lebih baik ini mungkin sekali akan berbeda-beda pada setiap
orang. Perbedaan ini merupakan refleksi dari perbedaan dalam kebutuhannya
masing-masing. Sebagai contoh, orang yang telah memiliki rumah tinggal yang
memadai dan tingkat konsumsi yang cukup, mungkin ingin memperbaiki kehidupannya
dengan memiliki alat transportasi yang baik dan nyaman untuk keluarganya.
Sebaliknya bagi keluarga yang masih belum mampu memenuhi kebutuhan pangan
mereka sehari-hari, perbaikan yang dinginkan adalah berupa kecukupan pangan
bagi mereka sekeluarga.
Setiap orang
dengan caranya masing-masing tentu ingin mendayagunakan segala sumberdaya,
aset, dan kemampuannya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Limpahan
sumberdaya yang diterima (resource endowment), jumlah aset yang dikuasai, dan
kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dan setiap golongan masyarakat
tidaklah sama. Ini akan berimplikasi pada kemampuan orang atau golongan
masyarakat tersebut untuk mencapai tujuan mereka dalam rangka memperbaiki
aspek-aspek kehidupannya. Sesungguhnya usaha untuk menerapkan kemampuan dalam
pengelolaan sumberdaya dan aset yang dimiliki untuk mencapai keadaan yang lebih
baik adalah merupakan aktifitas pembangunan. Kemampuan mengelola, ketersediaan
sumberdaya, dan jumlah aset yang dimiliki dengan demikian merupakan tiga faktor
utama yang menentukan keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Semakin tinggi
kemampuan mengelola akan membuat semakin banyak alternatif-alternatif yang
dapat dikembangkan untuk melaksanakan pembangunan. Demikian juga dalam hal
sumberdaya, semakin banyak sumberdaya yang dikuasai dan semakin besar tingkat
penguasaan terhadap sumberdaya tersebut, akan semakin besar pula peluang
pembangunan yang dilaksanakan akan berhasil dengan lebih baik. Dalam hal jumlah
aset, kecenderungannya adalah bahwa semakin banyak aset yang dikuasai (misalnya
dukungan infrastruktur, sarana, dan prasarana) akan semakin mudah mewujudkan
rencana dalam pelaksanaan pembangunan.
Pengertian
kemampuan di atas mencakup kemampuan dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan teknologi. Untuk setiap aktifitas pembangunan mulai dari yang
paling sederhana, misalnya aktifitas nelayan kecil mengail ikan, sampai
aktifitas pembangunan yang kompleks misalnya usaha negara-negara anggota Uni
Eropa untuk membangun suatu sistem perekonomian yang akan memperkuat posisi
mereka dalam relasi perdagangan international, semuanya membutuhkan kemampuan
dalam tiga aspek tersebut di atas.
Untuk mengail
ikan nelayan memerlukan pengetahuan sederhana tentang perlengkapan pancing,
jenis umpan yang dapat digunakan, dan lokasi yang kemungkinan banyak ikannya.
Nelayan ini juga memerlukan keterampilan untuk mengangkat pancing, sehingga
ikan yang telah mematuk umpan tidak sampai terlepas. Nelayan ini juga
menerapkan teknologi sederhana bagaimana matakail dibuat dan digunakan agar
dapat membantu meningkatkan produktifitasnya dalam mengail. Demikian juga
halnya dengan kolaborasi negara-negara anggota Uni Eropa. Mereka memerlukan
ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi dan perdagangan international, sehingga
dapat memformulasikan sistem transaksi yang dapat diandalkan (reliable). Mereka
memerlukan keterampilan negosiasi untuk mewujudkan maksud mereka, tidak saja
agar diterima oleh negara-negara anggota, melainkan juga untuk sosialisasi
rencana dan program mereka agar tidak mendapatkan tantangan dari negara-negara
lain di dunia. Mereka juga memerlukan teknologi pendukung untuk mewujudkan
maksud mereka, misalnya berupa teknologi monitoring dan komunikasi yang sangat
penting bagi keberlangsungan proyek mereka.
Sumberdaya untuk
pembangunan umumnya dibedakan atas:
1. sumberdaya
alam (natural resources),
2. sumberdaya
manusia (human resources),
sumberdaya modal
(capital), dan sumberdaya berupa teknologi. Modal dan teknologi sering juga
digolongkan sebagai sumberdaya buatan (man made resources). Sumberdaya alam
meliputi misalnya lahan, bahan tambang (minyak, batu bara), hutan dan
sebagainya.
Dalam aktifitas
pembangunan beberapa ahli percaya bahwa berbagai jenis sumberdaya tersebut
berbeda-beda kedudukannya, sesuai dengan kontribusinya masing-masing terhadap
aktivitas pembangunan. Keterbatasan pemilikan lahan bukan faktor yang sifatnya
kritis yang menyebabkan kemiskinan. Faktor kritis (critical factor) penyebab
kemiskinan adalah rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Peningkatan kualitas
populasi dan investasi pendidikan sangat penting untuk upaya-upaya pembangunan
dan pengentasan kemiskinan di suatu wilayah.
Dalam
faktor-faktor penentu keberhasilan pembangunan, sumberdaya manusia bersama-sama
teknologi dipisahkan dari kelompok sumberdaya, dan digolongkan dalam kelompok
lain yang lebih kritikal dari sumberdaya dan aset, yaitu kemampuan mengelola.
Kualitas sumberdaya manusia yang baik bila dipadukan dengan kemampuan dan
penguasaan teknologi yang maju akan memberikan peluang yang lebih besar bagi
seseorang atau sekelompok masyarakat untuk menemukan alternatif pendayagunaan
sumberdaya dan aset yang dimilikinya secara lebih efisien sehingga hasil yang
dicapai menjadi lebih optimal.
Jumlah aset yang
dimiliki sebelumnya (initial assets) merupakan faktor yang menentukan
keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Dengan pemilikan aset yang lebih baik,
individu atau kelompok masyarakat tertentu akan memiliki peluang yang lebih
baik dan kemudahan yang lebih banyak dalam pelaksanaan pembangunan. Selanjutnya
hasil pembangunan dapat berkontribusi pada pembentukan aset yang lebih baik.
Kenyataan inilah yang melatarbelakangi munculnya problema lingkaran setan
kemiskinan (vicious circle of poverty).
Orang-orang
miskin umumnya tidak memiliki aset yang baik dan kemampuan mereka sangat
terbatas. Meskipun sumberdaya di sekitar mereka kadangkala melimpah, tapi
penguasaan mereka terhadap sumberdaya tersebut sangat terbatas. Konsekuensinya,
dalam upaya dan aktifitas pembangunan yang mereka laksanakan mereka menjadi jauh
tertinggal, dibandingkan kelompok masyarakat lain yang mempunyai kemampuan,
aset dan pengusaan sumberdaya yang lebih baik. Kondisi ini terus berlanjut
berjalan ke arah pelebaran gap kaya miskin, karena yang kaya akan semakin kaya
karena hasil pembangunan mereka lebih baik, sementara yang miskin akan semakin
tertinggal karena pembangunan yang dijalankannya berjalan jauh lebih lambat.
Aktifitas
pembangunan ini dapat dilakukan oleh seorang individu, sekelompok masyarakat,
sebuah komunitas masyarakat dalam suatu wilayah propinsi, negara atau bahkan
juga komunitas international. Dalam pembangunan yang dilaksanakan oleh
sekelompok masyarakat atau kumpulan komunitas yang lebih luas, secara umum
cenderung mempunyai kekuatan yang lebih besar dan karenanya juga memiliki
implikasi yang lebih luas. Hal ini karena dalam aktifitas pembangunan mereka
kemampuan, aset dan sumberdaya dipadukan. Meskipun demikian sinkronisasi
diperlukan dalam aktifitas ini sehingga perbedaan yang ada di antara
individu-individu anggota kelompok tersebut tidak membesar dan berkembang
menjadi konflik yang tidak menguntungkan bagi aktifitas pembangunan.
Dilatarbelakangi
oleh kenyataan bahwa setiap individu ingin perbaikan dalam kehidupannya, dan
bahwa keinginan individu-individu tersebut berbeda-beda tergantung kebutuhannya
masing-masing, maka tujuan pembangunan juga berbeda-beda. Aktifitas pembangunan
yang melibatkan lebih dari satu individu memerlukan suatu perekat untuk
mengkoordinasikan segenap aktifitas secara sinergis. Perekat tersebut lazimnya
berupa tujuan yang sama. Bila tujuan yang sama dapat diangkat menjadi tujuan
bersama, maka kemudian akan mudahlah melakukan koordinasi untuk memadukan
segenap sumberdaya, aset dan kemampuan yang dimiliki dalam kelompok tersebut
untuk mencapai hasil pembangunan yang optimal.
B.Tantangan
Pembangunan
Menyikapi era
perdagangan bebas ASEAN (AFTA), dimana terjadi persaingan pasar yang tinggi
antara negara-negara ASEAN, perlu kebijakan pemerintah Indonesia dalam menjawab
tantangan pembangunan di berbagai sektor, sehingga produk barang dan jasa yang
dihasilkan mampu bersaing dengan produk negara lain. Salah satunya adalah
pembangunan di sektor pertanian. Kebijakan pembangunan tersebut adalah untuk
menghasilkan produk pertanian dan perkebunan seperti industri agribisnis yang
menghasilkan produk pertanian handal dan berkualitas ekspor. Untuk itu
diperlukan pemberdayaan petani sebagai persiapan sumber daya petani profesional
yang siap bersaing dalam menghasilkan produk pertanian.
Tantangan utama
pembangunan ekonomi nasional adalah bagaimana memberdayakan masyarakat dan
seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama pengusaha kecil, menengah dan
koperasi, dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan. Sistem ini
mensyaratkan adanya partisipasi yang luas dari seluruh masyarakat, baik dalam
proses pembangunan ekonomi itu sendiri, maupun dalam menikmati hasil-hasilnya.
Tantangan
pembangunan pertanian dalam menghadapi era agribisnis adalah kenyataan bahwa
pertanian Indonesia didominasi oleh skala kecil yang dilaksanakan oleh
berjuta-juta petani. Sebagian besar tingkat pendidikannya sangat rendah.
Sebanyak 87% dari 35 juta tenaga kerja pertanian berpendidikan SD ke bawah,
berlahan sempit, bermodal kecil dan memiliki produktifitas yang rendah. Kondisi
ini memberikan dampak yang kurang menguntungkan terhadap persaingan di pasar
global, karena petani dengan skala usaha kecil itu pada umumnya belum mampu
menerapkan teknologi maju yang spesifik lokasi. Hal ini selanjutnya berakibat
kepada rendahnya efisiensi usaha dan jumlah serta mutu produk yang dihasilkan.
Secara garis
besar kewenangan pemerintah pusat dalam bidang pembangunan pertanian terbatas
pada aspek pengaturan, penetapan standar, pedoman dan norma. Dalam UU No. 22
Tahun 1999 tentang pemerintah daerah pada pasal 7, ayat 2 disebutkan bahwa
kewenangan pemerintah pusat meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional
secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga
perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia,
pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi yang strategis, konservasi
dan standarisasi nasional.
Dampak
globalisasi yang utama adalah berlakunya liberalisasi perdagangan, perkembangan
IPTEK yang amat cepat dalam kemajuan di bidang komunikasi yang menyebabkan makin
mudah keluar masuknya informasi antar negara. Hal ini juga berpengaruh pada
kebijakan pembangunan pertanian.
Telah diketahui
umum bahwa walaupun sudah ada usaha-usaha nyata dari pihak bangsa-bangsa sedang
berkembang sendiri maupun dari pihak negara donor, dan walaupun terjadi tingkat
pertumbuhan yang cukup tinggi di negara sedang berkembang, kemiskinan penduduk
terus meningkat secara mutlak. Situasi ini ditandai dengan keadaan gizi yang
sangat tidak stabil dan terus menerus kekurangan dalam mencukupi kebutuhan
penduduk yang terus meningkat. Selain itu juga ditandai oleh adanya
pengangguran dan kekurangan pekerjaan yang menimpa para pencari kerja yang
jumlahnya terus bertambah dan juga akibat terjadinya marginalisasi
sosial-ekonomi masyarakat desa serta kota.
Jumlah penduduk
yang harus puas dengan penghasilan yang pas-pasan, bahkan di bawah minimum,
sebenarnya terus bertambah. Namun ini baru merupakan salah satu dari
permasalahan sebenarnya. Disisi lain, polaritasi yang menonjol antara “yang
miskin” dan “yang kaya” telah terjadi pada beberapa tingkatan kehidupan.
Misalnya antara bangsa maju dengan bangsa sedang berkembang, antara wilayah
yang lebih maju dengan wilayah terkebelakang dalam suatu negara, dan akhirnya
antara beberapa strata sosial dan seterusnya ke bawah sampai ke tingkat desa.
Kebanyakan
negara dapat menyelesaikan hal-hal yang potensial dalam melaksanakan program
pembangunan pedesan ini. Masalahnya adalah apakah mereka akan dapat mengarahkan
seluruh kekuatan potensial ini dengan cepat tanpa menimbulkan terlampau banyak
akibat sosial dan politik. Dimana-mana telah tumbuh perasaan rakyat akan
keadilan, persamaan sosial dan batas kemiskinan yang masih dapat diterima.
Pembangunan
ekonomi memerlukan stabilitas politik pada keadaan tertentu. Akan tetapi banyak
negara menghadapi bahaya kegelisahan politik yang cukup besar sebagai akibat
dari ketidakpuasan rakyat. Dimana masa lalu kegelisahan semacam ini sering
menjadi masalah penduduk kota. Kini hal tersebut bisa juga terjadi di daerah
pedesaan, tempat kesadaran politik semakin tumbuh. Penduduk pedesaan tidak lagi
mau diam menerima penyelewengan-penyelewengan bantuan pembangunan dibandingkan
dengan sektor industri perkotaan.
Ternyata
kebanyakan negara sektor pedesaan tidak cukup dipersiapkan untuk melaksanakan
tugas berat ini. Memang sekarang ini masalah pertanian lebih mendapat
perhatian, tetapi kekurangan sumber daya manusia dan modal, kondisi struktur
sosial dan peraturan tanah serta kelemahan administrasi, telah menghambat
berlangsungnya terobosan pembangunan secara besar-besaran. Konsep-konsep
pembangunan pedesaan mulai dari paket-paket pembangunan masyarakat dan
pendekatan pembangunan pedesaan terpadu sampai dengan konsepsi kebutuhan dasar
di masa lalu ternyata bukan merupakan alat yang secara umum efektif dan layak.
Program
pembangunan nasional diorientasikan pada masalah penanggulangan kemiskinan,
tenaga kerja di pedesaan, ketahan pangan, pemberdayaan pengusaha kecil menegah
dan koperasi. Pembangunan di bidang pertanian diarahkan pada peningkatan produktivitas
pangan yang meliputi padi, palawija dan hortikultura yang dilakukan melalui
intensifikasi, diversifikasi, rehabilitasi dan ekstensifikasi. Pada dasarnya
pembangunan pertanian adalah merupakan bagian dari pembangunan ekonomi, yaitu
suatu proses atau kegiatan manusia untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani.
Pembangunan
sektor pertanian menjadi sangat strategis mengingat sumber daya manusia yang
berada di sektor ini cukup banyak. Dengan kata lain, pembangunan-pembangunan di
sektor ini mempunyai dampak yang luas terhadap pengentasan kemiskinan,
perbaikan kualitas sumber daya manusia, pemerataan pembangunan dan keadilan
sosial.
Sektor pertanian
dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain
menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, juga merupakan sektor andalan
penyumbang devisa negara di sektor non migas. Besarnya kesempatan kerja yang
dapat diserap dan besarnya jumlah penduduk yang masih tergantung pada sektor
ini memberikan arti bahwa di masa mendatang sektor ini masih perlu
ditumbuhkembangkan.
C.Ukuran
Keberhasilan Pelaksanaan Pembangunan
Ukuran
keberhasilan pembangunan idealnya harus ditentukan berdasarkan dimensi
pembangunan, yakni tergantung kepada fokus dan orientasi pembangunan yang
dilaksanakan dan dimensi mana yang lebih menjadi perhatian bersama bagi:
1). Pengambil keputusan (Decision maker)
2). Perencana (planner) sebagai perencana dan
perancang (berbagai aktifitas pembangunan, tujuan
dan targetnya serta pelaksanaannya),
3). Pelaksana pembangunan itu
sendiri sebagai pihak yang menjalankan atau sering disebut juga sebagai agen
pembangunan,
4). Masyarakat yang
menjadi sasaran pembangunan.
Dimensi yang
menjadi perhatian ini kemudian diberikan indikator. Indikator-indikator dari
berbagai dimensi pembangunan inilah yang kemudian dijadikan tolok ukur atau
ukuran keberhasilan pelaksanaan pembangunan.
Secara teori
semua kelompok dimensi pembangunan yang telah dikemukakan terlebih dahulu,
dapat dicarikan indikator-indikatornya dan kemudian dipergunakan sebagai ukuran
keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Meskipun demikian, dalam kenyataannya
berbagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan di berbagai
tingkatan menerapkan ukuran dan indikator yang berbeda-beda untuk menunjukkan
tingkat keberhasilan pelaksanaan pembangunan.
Pengukuran
keberhasilan pembangunan harus melewati dua tahap, yaitu:
1). Tahapan identifikasi
target pembangunan, dan
2). Tahapan aggregasi
karakteristik pembangunan
Tahapan
identifikasi target pembangunan diperlukan agar dapat menentukan secara jelas
siapa yang akan menikmati hasil pelaksanaan pembangunan dan bagaimana
upaya-upaya yang dapat dilakukan agar hasil pembangunan tersebut benar-benar
dinikmati oleh mereka yang berhak. Sedangkan tahapan aggreasi karakteristik
pembangunan diperlukan untuk menjaga agar ketika skala kegiatan pembangunan
diperluas, target yang dituju tetap memenuhi karakteristik dan kriteria yang
telah ditetapkan pada tahap identifikasi.
Ravalion and
Datt (1996) menyarankan agar dapat diperoleh ukuran keberhasilan pembangunan
yang lebih peka, maka faktor-faktor berikut perlu diperhitungkan, yaitu:
1). pengeluaran real
setiap orang dewasa,
2). akses kepada barang
yang tidak dipasarkan,
3). distribusi intra rumah
tangga dan
4). karakteristik
personal.
Pengeluaran real
merupakan indikasi yang lebih akurat dari kemampuan seseorang untuk memenuhi
kebutuhannya. Pengeluaran real lebih mendekati kepada pengertian disposable
income,yaitu pendapatan bersih setelah diperhitungkan berbagai pajak dan
penyusutan-penyusutan. Akses kepada barang yang tidak dipasarkan perlu untuk
merepresentasikan seberapa jauh fasilitas pelayanan publik dapat menjangkau
masyarakat, baik fasilitas publik tersebut berupa infrastruktur, sarana maupun
prasarana untuk berbagai jenis kegiatan dan aktifitas pembangunan masyarakat.
Kalau kita
memperhatikan kelaziman pemakaiannya, maka ukuran pembangunan yang didasarkan
pada dimensi ekonomi merupakan jenis yang paling luas dipergunakan di berbagai
bagian dunia. Ukuran ini terutama dalam bentuk pendapatan dengan berbagai
variasi dan turunannya, seperti produk domestik bruto (PDB), pendapatan
nasional, pendapatan wilayah, pendapatan perkapita, pendapatan rumah tangga,
distribusi pendapatan, tingkat investasi, tingkat dan nilai ekspor maupun impor
dan seterusnya.
Variasi yang
lain dari ukuran pembangunan tipe ini adalah dengan pendekatan pengentasan
kemiskinan, yakni bahwa keberhasilan pembangunan diukur dengan seberapa jauh
upaya-upaya pembangunan dapat mengentaskan kemiskinan. Secara garis besar
problema kemiskinan dapat dibedakan atas dua jenis, yakni kemiskinan absolut
dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut biasanya dinyatakan dengan tingkatan
tertentu yang harus dipenuhi atau diperlukan untuk dapat menjalankan hidup
secara layak. Tingkatan ini lazim dikenal dengan garis kemiskinan. Ukuran yang
dipakai sebagai garis kemiskinan ini berbeda-beda, tergantung sudut pandang dan
fokus penelaahan yang bersangkutan. Sedangkan kemiskinan relatif adalah keadaan
kekurangan yang dikenali setelah melakukan perbandingan dengan mendasarkan pada
suatu dimensi yang sama, misalnya dimensi daerah, dimensi sektor, dimensi
negara dst. Kemiskinan absolut berhubungan dengan besarnya pendapatan yang
diperoleh, sedangkan kemiskinan relatif berhubungan dengan distribusinya.
Di Indonesia,
beberapa jenis ukuran keberhasilan pembangunan yang banyak digunakan adalah:
1). Berdasarkan pendapatan
dan nilai produksi, seperti: PDB, pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita,
dan distribusi pendapatan.
2). Berdasarkan investasi:
tingkat investasi, jumlah PMA (Penanaman Modal Asing) dan PMDN (Penanaman Modal
Dalam Negeri), dan jumlah FDI (Foreign Direct Investment) yaitu investasi
langsung oleh pihak asing.
3). Berdasarkan kemiskinan
dan pengentasannya: jumlah penduduk miskin, garis kemiskinan Sayogyo yang
diadopsi oleh BPS (setara beras 320 kg di desa dan 480 di kota), tingkat
kecukupan pangan (2100 kilokalori intake), tingkat kecukupan 52 jenis komoditas
pangan, tingkat pemenuhan kebutuhan dasar sembilan bahan pokok (BPN),Poverty
Gap dan Severity Index,serta metode RAO (16 kg beras dikali 1,25 kemudian
dibagi dengan rata-rata rasio pangan terhadap pengeluaran total).
4) Berdasarkan
keadaan sosial kemasyarakatan dan kelestarian lingkungan: tingkat pendidikan
(untuk berbagai level dan kombinasinya), tingkat kesehatan (meliputi kesehatan
ibu dan anak dan akses kepada fasilitas hidup yang sehat), tingkat dan kualitas
lingkungan (meliputi tingkat pencemaran berbagai aspek, tingkat keruasakan
hutan, tingkat degradasi lahan dan seterusnya.
Dalam pengukuran
keberhasilan pembangunan ini ada ukuran single dimension (dimensi tunggal) dan
adapula yang multi dimension (dimensi ganda). Dimensi tunggal adalah ukuran
pembangunan yang hanya memperhatikan satu dimensi pembangunan saja dalam
penyusunan indikatornya, sedangkan dimensi ganda adalah ukuran keberhasilan
pembangunan yang indikator-indikatornya memadukan berbagai dimensi secara
integral.
Contoh ukuran
keberhasilan pembangunan multi dimensi adalah indikator pembangunan manusia
atau Human Development Index (HDI) dari World Bank. Indikator-indikator yang
digunakan dalam HDI adalah: tingkat harapan hidup bayi, tingkat literasi orang
dewasa, rasio partisipasi sekolah dasar dan lanjutan dan PDB per kapita.
Indikator-indikator ini masing-masing diberikan indeks dan selanjutnya
digabungkan menjadi indeks pembangunan manusia
D.Kebijakan
investasi Mempengaruhi Pembangunan Ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi adalah bagian dari pembangunan sebuah Negara, bias dikatakan sebagai
salah satu indicator penting untuk menjelaskan bahwa suatu Negara itu mampu
secara financial atau sejahtera. Keberhasilan tidak akan terlihat tanpa adanya
hasil riil berupa pertumbuhan dari sesuatu yang dibangun oleh pemerintah di
bidang ekonomi, begitu juga tanpa pertumbuhan ekonomi maka pembangunan suatu
negara tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Pada kondisi ini, pertumbuhan
ditandai dengan masuknya dana kedalam sisitem ekonomi suatu Negara.
Begitu juga
dengan pengalaman Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini sesudah
terjadinya masa krisis ekonomi pada tahun 1998. Kondisi tersebut bukan hanya
merusak sistem ekonomi yang terbangun selama dekade sebelumnya tetapi juga
aspek lain seperti politik, hukum, dan pemerintahan. Kita dihadapkan pada
banyak pilihan yang sebenarnya tidak mengijinkan kita memilih atas kehendak dan
keinginan sendiri. Kondisi ini menandakan bahwa posisi tawar kita tidak
menguntungkan baik secara internal maupun eksternal. Secara sederhana,
Indonesia memerlukan dan dan dukungan finansial yang besar untuk bisa membangun
kembali apa yang sudah hancur dan mempertahankan yang masih ada.
Sejumlah
pemikiran untuk perbaikan pun sudah digulirkan, sampai akhirnya pemerintah
mengambil pilihan untuk memberikan sebagian hak dan wewenang tersebut kepada
lembaga-lembaga finansial internasional dan sejumlah negara lain. Sebenarnya
apa yang dibutuhkan? Sederhana, Indonesia memerlukan ‘dana baru’ dalam bentuk
investasi. Mengapa harus investasi? Karena secara perhitungan ekonomi saat itu
Indonesia tidak mempunyai ‘saving’ atau tabungan untuk meredam gejolak ekonomi
saat itu. Oleh karena itu, salah satu cara yang ditempuh adalah dengan bantuan
lembaga finansial internasional dan mengundang sejumlah investor untuk mulai
menanamkan modalnya di Indonesia.
Lantas, bila
sejumlah dana sudah bisa ditarik masuk ke dalam dan kepercayaan terhadap
kondisi ekonomi Indonesia sudah pulih, apakah hal itu sudah menjadi bukti bahwa
kita sudah berada pada level yang aman? atau apakah status sebagai negara
miskin/terbelakang sudah lepas dari kita? ternyata tidak demikian, karena
sejumlah konsep mengatakan bahwa kesejahteraan sebuah negara tidak bisa hanya
diukur dengan jumlah dana yang terserap, peningkatan GDP, atau kurs mata uang
yang menguat, tetapi perubahan kehidupan masyarakatnya. Hal ini pun tidak bisa
dinafikan.
Begitu
pentingnya peran dan dukungan dari investasi terhadap kelanjutan pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia sangat disadari betul oleh pemerintah.
Sebab sejumlah proyek infrastruktur membutuhkan dukungan dana yang besar, bukan
hanya infrastruktur ekonomi tetapi juga infrastruktur bidang sosial dan
kehidupan masyarakat. Peran serta dan dukungan non materiil pun dibutuhkan, di
semua level pemerintahan pusat dan daerah, serta di semua level masyarakat kota
dan pedesaan.
Permasalahan
yang muncul kemudian adalah perubahan dan perbaikan tidak hanya bisa
digantungkan pada besarnya dana yang masuk tetapi juga kesiapan/kualitas
internal. Peran pemerintah baik pusat maupun daerah sangat penting, ‘nilai
jual’ daerah terhadap investor sangat ditentukan oleh kondisi daerah dan
nasional. Kondisi yang dimaksud adalah kualitas SDM pemerintah, manajemen
pelayanan, kualitas masyarakat, fasilitas dan kemudahan yang diberikan, serta
stabilitas politik dan penegakan hukum. Sinkronisasi arah dan kehendak dari pemerintah
pusat dan daerah pun mutlak diperlukan. Daerah dengan wewenang dan keinginannya
pun tidak bisa dikesampingkan begitu saja, sebaliknya peran pemerintah pusat
pun sebagai koordinasi sentral pun perlu ditegaskan kembali. Berdasarkan
hal-hal diatas perlu kiranya untuk menyimak kembali kondisi kebijakan investasi
yang dijalankan oleh pemerintah selama ini, berkaitan dengan tujuan perbaikan
dan perubahan perekonomian Indonesia beserta sejumlah permasalahan yang
mengikutinya.
E.Konsep dan
Tujuan Pembangunan Secara Umum
Arah dan tujuan
suatu negara tidak bisa dilepaskan dari konsep pembangunan yang dirancangnya.
Istilah pembangunan tetap dan masih akan menjadi aspek penting dalam merancang
setiap kebijakan pemerintah. Konsep pembangunan yang dirancang setidaknya bukan
hanya menonjolkan keberhasilan ekonomi sebagai faktor yang dominan tetapi juga
memasukkan faktor lain yang tidak bisa diabaikan. Faktor-faktor yang mendukung
tersebut berupa perbaikan pada bidang pendidikan, pengurangan tingkat
kemiskinan, tingkat kesejahteraan dan kesehatan masyarakat, serta masih banyak
faktor lain.
Mudrajad Kuncoro
setidaknya menjelaskan hal diatas sebagai apa yang disebut ‘indikator kunci
pembangunan’. Selain itu pula proses pembangunan yang dijalankan bukan hanya
dilihat dari segi fisik (physical result) tetapi juga harus membawa sejumlah
perubahan (growth with change) yang sifatnya non material. Setidaknya ada 3
perubahan yang perlu terjadi dalam proses pembangunan, yaitu perubahan struktur
ekonomi (misalnya dari pertanian kepada industri lalu ke bidang jasa),
perubahan kelembagaan (misalnya reformasi birokrasi dan SDM), dan perubahan
kenaikan pendapatan perkapita (GNP riil dibagi jumlah penduduk).
Indikator kunci
yang dimaksud di atas adalah indikator ekonomi dan indikator sosial. Beberapa
variabel yang masuk dalam indikator ekonomi antara lain GNP perkapita dan
laju pertumbuhan ekonomi, sedangkan variabel dalam indikator social antara lain
Human Development Index dan (Physical Quality Life Index) Indeks Mutu hidup
Bahkan indicator-indikator ini digunakan sebagai acuan terhadap pengelompokkan
Negara tersebut dalam kaitannya dengan sistem ekonomi global.
Namun kenyataan yang terjadi tidak bisa disederhanakan dengan hanya mengandalkan kedua indikator tersebut, sebab sebenarnya proses pembangunan yang berjalan bersifat kompleks. Ada sejumlah permasalahan baru dan laten yang tidak bisa diselesaikan begitu saja, bahkan untuk memetakan permasalahannya juga cukup sulit. Permasalahan tersebut bisa berasal dari pemerintah sendiri sebagai pelaksana dan penggagas pembangunan, juga dari sector swasta atau masyarakat sendiri. Bahkan dipercaya bahwa pembangunan sudah gagal untuk bisa menjadi jawaban dalam memperbaiki permasalahan-permasalahan laten seperti kemiskinan dan keterbelakangan.
Namun kenyataan yang terjadi tidak bisa disederhanakan dengan hanya mengandalkan kedua indikator tersebut, sebab sebenarnya proses pembangunan yang berjalan bersifat kompleks. Ada sejumlah permasalahan baru dan laten yang tidak bisa diselesaikan begitu saja, bahkan untuk memetakan permasalahannya juga cukup sulit. Permasalahan tersebut bisa berasal dari pemerintah sendiri sebagai pelaksana dan penggagas pembangunan, juga dari sector swasta atau masyarakat sendiri. Bahkan dipercaya bahwa pembangunan sudah gagal untuk bisa menjadi jawaban dalam memperbaiki permasalahan-permasalahan laten seperti kemiskinan dan keterbelakangan.
Dikatakan bahwa
pertumbuhan (pembangunan) semata tidak banyak menyelesaikan persoalan dan
kadang-kadang mempunyai akibat yang tidak menguntungkan. BahkanTodaro
mengatakan bahwa pembangunan adalah proses multidimensi yang mencakup
perubahan-perubahan penting dalam struktur social, sikap-sikap rakyat dan
lembaga-lembaga nasional, dan juga akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan
kesenjangan (inequality) dan pemberantasan kemiskinan absolut (Bryant,1989).
Dapat dimengerti bahwa pembangunan bukanlah konsep statis melainkan dinamis dan
merupakan proses tiada akhir.
Bila kita
berkaca dari hal diatas, maka apa yang dialami oleh Indonesia tidak jauh
berbeda. Isu-isu yang diangkat seputar pembangunan yang dijalankan adalah
pengentasan kemiskinan, peningkatan daya beli dan pendapatan masyarakat,
penurunan tingkat pengangguran, dan hal-hal lainnya. Oleh karena itu sudah
pasti bahwa pemerintah perlu merancang konsep dan arah pembangunan apa yang
menjadi pilihan kita kedepan.
Sejumlah pihak
mengatakan bahwa konsep ekonomi kita berbeda dengan negara lain di dunia. Kita
mengenal adanya sistem ekonomi Pancasila, sebagian lagi memasukkan istilah
ekonomi kerakyatan. Namun semua itu pada prinsipnya bermuara pada kepentingan
dan perbaikan dalam kehidupan masarakat. Setidaknya ada beberapa karakteristik
dari ekonomi Pancasila atau pun kerakyatan tersebut yang diberikan oleh
penggagasnya. Dengan mengutip pendapat Mubyarto bahwa ciri dari sistem ekonomi
Pancasila adalah roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomi, social
dan moral, kehendak kuat untuk pemerataan, nasionalisme menjiwai setiap
kebijaksanaan ekonomi, koperasi merupakan sokoguru, dan imbangan yang tegas
antara perencanaan di tingkat nasional dan desentralisasi (Kuncoro,1997).
Saat ini kita
mengetahui penjabaran konsep dan arah pembangunan melalui beberapa kebijakan
yang dijalankan pemerintah. Salah satu kebijakan yang ada tertuang dalam
peraturan perundang-undangan. Setidaknya ada dua peraturan perundang-undangan
yang mengatur bidang permbangunan secara makro yaitu UU Nomor 25 Tahun 2000
tentang Program Pembangunan nasional (Propenas) 2000-2004 dan UU Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Selain itu dapat dilihat
dalam peraturan perundang-undangan yang bersifat sektoral.
Berkaitan dengan
hal tersebut pemerintah sudah membuat RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang)
nasional, yang diharapkan nantinya itu akan menjadi arah dan acuan bagi
kebijakan pembangunan ke depan. RPJP tersebut kemudian direalisasikan kedalam
bentuk RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) nasional yang kemudian
diterjemahkan lagi menjadi RKP (Rencana Kerja Pemerintah) yang sifatnya
tahunan. Dalam Rancangan terakhirnya pemerintah melalui Bappenas sudah menyusun
bebrerapa hal pokok yang menjadi sasaran pembangunan ekonomi Untuk 20 tahun
kedepan.
Sasaran tersebut
adalah
• Terbangunnya
struktur perekonomian yang kokoh dimana pertanian (dalam arti luas) dan
pertambangan menjadi basis aktivitas ekonomi yang menghasilkan produk-produk
secara efisien dan modern, industri manufaktur yang berdaya saing global
menjadi motor penggerak perekonomian, dan jasa menjadi perekat ketahanan
ekonomi.
• Pendapatan perkapita pada tahun 2025 mencapai sekitar US$ 6000 dengan tingkat pemerataan yang relatif baik dan jumlah penduduk miskin tidak lebih dari 5 persen.
• Kemandirian pangan dapat dipertahankan pada tingkat aman dan dalam kualitas gizi yang memadai serta tersedianya instrumen jaminan pangan untuk tingkat rumah tangga.
Kelanjutan operasionalisasi dari RPJM 2004-2009 yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 dan kemudian diwujudkan dalam bentuk RKP Pemerintah yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2004 dan Perpres 19 tahun 2006 sebagai peraturan pelaksana. Fungsi dari RPJM adalah menjadi pedoman umum bagi pemerintah pusat (diwakili oleh kementrian dan lembaga) serta pemerintah daerah dalam menyusun rencana kerjanya masing-masing.
• Pendapatan perkapita pada tahun 2025 mencapai sekitar US$ 6000 dengan tingkat pemerataan yang relatif baik dan jumlah penduduk miskin tidak lebih dari 5 persen.
• Kemandirian pangan dapat dipertahankan pada tingkat aman dan dalam kualitas gizi yang memadai serta tersedianya instrumen jaminan pangan untuk tingkat rumah tangga.
Kelanjutan operasionalisasi dari RPJM 2004-2009 yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 dan kemudian diwujudkan dalam bentuk RKP Pemerintah yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2004 dan Perpres 19 tahun 2006 sebagai peraturan pelaksana. Fungsi dari RPJM adalah menjadi pedoman umum bagi pemerintah pusat (diwakili oleh kementrian dan lembaga) serta pemerintah daerah dalam menyusun rencana kerjanya masing-masing.
Pertumbuhan
ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau
pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang
bila terjadi pertumbuhan outputriil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain
adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita.
Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output
riil per orang.
Sementara
negara-negara miskin berpenduduk padat dan banyak hidup pada taraf batas hidup
dan mengalami kesulitan menaikkannya, beberapa negara maju seperti Amerika
Serikat dan Kanada, negara-negara Eropa Barat, Australia, Selandia Baru, dan
Jepang menikmati taraf hidup tinggi dan terus bertambah.Pertambahan penduduk
berarti pertambahan tenaga kerja serta berlakunya hukum Pertambahan Hasil yang
Berkurang mengakibatkan kenaikan output semakin kecil, penurunan produk
rata-rata serta penurunan taraf hidup. Sebaliknya kenaikan jumlah barang-barang
kapital, kemajuan teknologi, serta kenaikan kualitas dan keterampilan tenaga
kerja cenderung mengimbangi berlakunya hukum Pertambahan Hasil yang Berkurang.
Penyebab rendahnya pendapatan di negara-negara sedang berkembang adalah
berlakunya hukum penambahan hasil yang semakin berkurang akibat pertambahan
penduduk sangat cepat, sementara tak ada kekuatan yang mendorong pertumbuhan
ekonomi berupa pertambahan kuantitas dan kualitas sumber alam, kapital, dan
kemajuan teknologi.
KEBIJAKAN DAN
PERILAKU PEMERINTAH YANG MEMPERNGARUHI KEPUTUSAN INVESTASI
Permasalahan-permasalahan
tersebut harus secepatnya dibenahi melalui kebijakan yang nyata dan efektif.
Kebijakan investasi yang dikeluarkan pemerintah tidak akan berjalan tanpa
rentetan kebijakan lainnya yang mendukung. Selain itu penyelesaian permasalahan
dalam ijin, perdagangan, dan konflik kepentingan antara pemerintah dan investor
membutuhkan penyelesaian secepatnya. Kelemahan institusi pengadilan kita dalam
mengadili kasus perdagangan perlu dibenahi. Akibat yang terjadi adalah
penyelesaian menjadi lambat dan kepastian aturan hukum yang digunakan juga
beragam. Sedangkan
TEORI DAN MODEL
PERTUMBUHAN EKONOMI
Dalam zaman ahli
ekonomi klasik, seperti Adam Smith dalam buku karangannya yang berjudul An
Inguiry into the Nature and Causes of the Wealt Nations, menganalisis sebab
berlakunya pertumbuhan ekonomidan factor yang menentukan pertumbuhan ekonomi.
Setelah Adam Smith, beberapa ahli ekonomi klasik lainnya seperti Ricardo,
Malthus, Stuart Mill, juga membahas masalah perkembangan ekonomi .
Teori Inovasi
Schum Peter
Pada teori ini
menekankan pada faktor inovasi enterpreneur sebagai motor penggerak pertumbuhan
ekonomi kapitalilstik.Dinamika persaingan akan mendorong hal ini.
Model
Pertumbuhan Harrot-Domar
Teori ini
menekankan konsep tingkat pertumbuhan natural.Selain kuantitas faktor produksi
tenaga kerja diperhitungkan juga kenaikan efisiensi karena pendidikan dan
latihan.Model ini dapat menentukan berapa besarnya tabungan atau investasi yang
diperlukan untuk memelihar tingkat laju pertumbuhan ekonomi natural yaitu angka
laju pertumbuhan ekonomi natural dikalikan dengan nisbah kapital-output.
Model
Input-Output Leontief.
Model ini
merupakan gambaran menyeluruh tentang aliran dan hubungan antarindustri. Dengan
menggunakan tabel ini maka perencanaan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan
secara konsisten karena dapat diketahui gambaran hubungan aliran input-output
antarindustri. Hubungan tersebut diukur dengan koefisien input-output dan dalam
jangka pendek/menengah dianggap konstan tak berubah .
Model
Pertumbuhan Lewis
Model ini
merupakan model yang khusus menerangkan kasus negar sedang berkembang
banyak(padat)penduduknya.Tekanannya adalah pada perpindahan kelebihan penduduk
disektor pertanian ke sektor modern kapitalis industri yang dibiayai dari
surplus keuntungan.
Model
Pertumbuhan Ekonomi Rostow
Model ini
menekankan tinjauannya pada sejarah tahp-tahap pertumbuhan ekonomi serta ciri
dan syarat masing-masing. Tahap-tahap tersebut adalah tahap masyarakat
tradisional, tahap prasyarat lepas landas, tahap lepas landas, ahap gerakan ke
arah kedewasaan, dan akhirnya tahap konsimsi tinggi.
Negara
Berkembang Dan Faktor Pertumbuhannya
a.Ciri-ciri
negara sedang berkembang
1. Tingkat
pendapatan rendah,sekitar US$300 perkapita per tahun.
2. Jumlah
penduduknya banyak dan padat perkilo meter perseginya.
3. Tingkat
pendidikan rakyatnya rendah dengan tingkat buta aksara tinggi.
4. Sebagian
rakyatnya bekerja disektor pertanian pangan secara tak produktif,sementara
hanya sebagian kecil rakyatnya bekerja disektor industri.Produktifitas kerjanya
rendah.
5. Kuantitas
sumber-sumber alamnya sedikit serta kualitasnya rendah.Kalau mempunyai
sumber-sumber alam yang memadai namun belum diolah atau belum dimanfaatkan.
6. Mesin-mesin
produksi serta barang-barang kapital yang dimiliki dan digunakan hanya kecil
atau sedikit jumlahnya.
7.Sebagian
besar dari mereka merupakan negara-negara baru diproklamasikan kemerdekaannya
dari penjajahan kira-kira satu atau dua dekade.
Faktor penggerak
pertumbuhan ekonomi dalam menanggulangi kemiskinan
Dua hal esensial
harus dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi adalah, pertama
sumber-sumber yang harus digunakan secara lebih efisien. Ini berarti tak boleh
ada sumber-sumber menganggur dan alokasi penggunaannya kurang efisien.Yang
kedua, penawaran atau jumlah sumber-sumber atau elemen-elemen pertumbuhan
tersebut haruslah diusahakan pertambahannya.Elemen-elemen yang memacu
pertumbuhan ekonomi tersebut adalah sebagai berikut.
Peranan penting
pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi
1. Beberapa
negara sedang berkembang mengalami ketidak stabilan sosial, politik, dan
ekonomi. Ini merupakan sumber yang menghalangi pertumbuhan ekonomi. Adanya
pemerintah yang kuat dan berwibawa menjamin terciptanya keamanan dan ketertiban
hukum serta persatuan dan perdamaian di dalam negeri. Ini sangat diperlukan
bagi terciptanya iklim bekerja dan berusaha yang merupakan motor pertumbuhan
ekonomi.
2.
Ketidakmampuan atau kelemahan setor swasta melaksanakan fungsi entreprenurial
yang bersedia dan mampu mengadakan akumulasi kapital dan mengambil inisiatif
mengadakan investasi yang diperlukan untuk memonitori proses pertumbuhan.
3. Pertumbuhan
ekonomi merupakan hasil akumulasi kapital dan investasi yang dilakukan terutama
oleh sector swasta yang dapat menaikkan produktivitas perekonomian. Hal ini
tidak dapat dicapai atau terwujud bila tidak didukung oleh adanya barang-barang
dan pelayanan jasa sosial seperti sanitasi dan program pelayanan kesehatan dasr
masyarakat, pendidikan, irigasi, penyediaan jalan dan jembatan serta fasilitas
komunikasi, program-program latihan dan keterampilan, dan program lainnya yang
memberikan manfaat kepada masyarakat.
4. Rendahnya
tabungan-investasi masyarakat (sekor swasta) merupakan pusat atau faktor
penyebab timbulnya dilema kemiskinan yang menghambat pertumbuhan ekonomi.
Seperti telah diketahui hal ini karena rendahnya tingkat pendapatan dan karena
adanya efek demonstrasi meniru tingkat konsumsi di negara-negara maju olah
kelompok kaya yang sesungguhnya bias menabung.
5. Hambatan
sosial utama dalam menaikkan taraf hidup masyarakat adalah jumlah penduduk yang
sangat besar dan laju pertumbuhannya yang sangat cepat. Program pemerintahlah
yang mampu secara intensif menurunkan laju pertambahan penduduk yang cepat
lewat program keluarga berencana dan melaksanakan program-program pembangunan
pertanian atau daerah pedesaan yang bisa mengerem atau memperlambat arus
urbanisasi penduduk pedesaan menuju ke kota-kota besar dan mengakibatkan
masalah-masalah social, politis, dan ekonomi.
6. Pemerintah
dapat menciptakan semangat atau spirit untuk mendorong pencapaian pertumbuhan
ekonomi yang cepat dan tidak hanya memerlukan pengembangan faktor penawaran
saja, yang menaikkan kapasitas produksi masyarakat, yaitu sumber-sumber alam
dan manusia, kapital, dan teknologi;tetapi juga faktor permintaan luar negeri.
Tanpa kenaikkan potensi produksi tidak dapat direalisasikan.
Strategi
pertumbuhan ekonomi
1.Industrialisasi
Versus Pembangunan Pertanian
Pembangunan
pertanian bersifat menggunakan teknologi padat tenaga kerja dan secara relatif
menggunakan sedikit kapital; meskipun dalam investasi pada pembuatan jalan,
saluran dan fasilitas pengairan, dan pengembangan teknologinya. Kenaikan
produktivitas sektor pertanian memungkinkan perekonomian dengan menggunakan
tenaga kerja lebih sedikit menghasilkan kuantitas output bahan makanan yang
sama. Dengan demikian sebagian dari tenaga kerja dapat dipindahkan ke sektor
industri tanpa menurunkan output sector pertanian. Di samping itu pembangunan
atau kenaikkan produktivitas dan output total sektor pertanian akan menaikan
pendapatan di sektor tersebut.
2.Strategi Impor
Versus Promosi Ekspor
Stategi
industrialisasi via substitusi impor pada dasarnya dilakukan dengan membangun
industri yang menghasilkan barang-barang yang semula diimpor. Alternatif
kebijakan lain adalah strategi industrialisasi via promosi ekspor. Kebijakan
ini menekankan pada industrialisasi pada sektor-sektor atau kegiatan produksi
da dalam negeri yang mempunyai keunggulan komparatif hingga dapat
memproduksinya dengan biaya rendah dan bersaing dengan menjualnya di pasar
internasional. Strategi ini secara relatif lebih sukar dilaksanakan karena
menuntut kerja keras agar bisa bersaing di pasar internasional.
3.Perlunya
Disertivikasi
Usaha mengadakan
disertivikasi bagi negara-negara pengekspor utama minyak dan gas bumi merupakan
upaya mempertahankan atau menstabilkan penerimaan devisanya
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Investasi
merupakan suatu komponen yang penting dalam menetukan GNP. Investasi memiliki
peranan yang sangat penting dalam permintaan agregat. Biasanya perluasan
investasi memiliki sifat yang sangat tidak stabil sehingga sering mengalami
fluktuasi yang menyebabkan terjadinya resesi.Investasi dan perluasan pasar
sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan perbaikan dalam produktivitas
tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi sangat tergantung pada tenaga kerja dan
jumlah capital. Investasi akan menanbah jumlah (stock) dari capital. Tanpa
investasi maka tidak aka ada pabrik, masin – masin baru dan dengan demikian
tidak ada ekspansi.
Daftar Pustaka
Djannata,Andika Azzi dan Hastarini
Dwi Atmanti, SE, M.Si.2011. Analisis Program Program
Penanggulangan Kemiskinan menurut SKPD ( Satuan Kerja Perangkat Daerah)di Kota
Semarang dengan Metode AHP (Analisis Hierarki Proses) (Studi Kasus: Kota
Semarang Tahun 2011).JESP,Vol 3 No 1
2011
Hidayatullah,Syarif dan Thomas Djaka SBW.2011. Model
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal (Studi pada UKM
Pengrajin di Kota Malang). Jurnal Ekonomika, Vol. 4 No. 1 Juni 2011
Kuncoro,Mudrajat.2011.Usaha Kecil di Indonesia,Profil,Masalah dan Strategi
Pemberdayaan.JESP Vol 3 No 1 2011
Maisaroh,Siti.2008.Pengembangan
Produksi Kerajinan Sebagai Upaya Mendukung Program Pengetasan
Kemiskinan.Jejak,Vol 1 No.1 September 2008
Muhtarom,Abid.2012. Suatu
Pandangan Struktural Alternatif Usaha Mikro dan UKM Dalam
Perekonomian Indonesia (Masa
Krisis Ekonomi dan Pasca Krisis).JESP,Vol
4 No.1 2012
Prasetyo,Eko
P.2008.The Quality of Growth:Peran Teknologi dan Informasi Human Capital
Sebagai Pemacu Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas.Jejak,Vol 1 No.1 September 2008
Prishardoyo,Bambang.2008.
Analisis Tingkat Pertumbuhan Ekonomi dan Potensi
Ekonomi Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pati Tahun
2000-2005.Jejak,Vol 1 No.1 September 2008
Sasana,Hadi.2008.Analisis
Faktor Faktor yang Mempengaruhi Investasi Swasta Di Jawa Tengah.Jejak,Vol 1
No.1 September 2008
Sebayang,Lesta
Karolina.2008.Keterkaitan Desentralisasi Fiskal sebagai Political Proses dengan
Tingkat Kemiskinan di Indonesia.Jejak,Vol 1 No.1 September 2008
Setiawan
dan Rudy Badrudin.2010.Kontribusi Industri Telekomunikasi Seluler Terhadap
Perekonomian Negara.Jurnal Akuntansi dan Manajemen,Vol 21 No.1 April 2010
Sugiharsono.2009.Sistem Ekonomi Koperasi
Sebagai Solusi Masalah Perekonomian Indonesia.Mungkinkah?. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume
6 Nomor 1, April 2009.
William D, Sunderlin, Ida Aju Pradnja
Resosudarmo,Edy Rianto dan Arild Angelsen.2000. Dampak
Krisis Ekonomi Indonesia
terhadap
Petani Kecil dan Tutupan Hutan Alam
di
Luar JawaOccasional Paper. 28(I) 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar